Kamis, 22 Januari 2009

Jenis Anggrek Indonesia Dilindungi


Berdasarkan PP no. 7 Tahun 1999 beberapa jenis anggrek di Indonesia dilindungi, yang tidak diperbolehkan untuk diperjualbelikan namun dengan mempunyai ijin penangkaran para penangkar anggrek dapat memperjualbelikan hasil anggrek penangkarannya (untuk mendapatkan ijin penangkaran anggrek hubungi Balai KSDA terdekat), berikut jenis-jenis anggrek dimaksud ;
  • Ascocentrum miniatum atau anggrek kebutan
  • Corybas fornicatus, anggrek koribas
  • Coelogyne pandurata, anggrek hitam
  • Cymbidium hartinahianum, anggrek hartinah
  • Dendrobium d'albertisii, anggrek albert
  • Dendrobium lasienthera, anggrek stuberi
  • Dendrobium macrophyllum, anggrek jamrud
  • Dendrobium catinecloesum, anggrek karawai
  • Dendrobium palaenopsis, anggrek larat
  • Dendrobium ostrinoglosum, anggrek karawai
  • Gramatophyllum papuanum, anggrek raksasa irian
  • Gramatophyllum speciosum, anggrek tebu
  • Macodes petola, anggrek ki aksara
  • Paphiopedillum chamberlainianum, anggrek kasut kumis
  • Paphiopedillum glaucophyllum, anggrek kasut berbulu
  • Paraphalaenopsis devenei, anggrek bulan bintang
  • Paraphalaenopsis laycockii, anggrek bulan Kalimantan Tengah
  • Paraphalaenopsis serpentilingua, anggrek bulan Kalimantan Barat
  • Phalaenopsis amboinensis, anggrek bulan Ambon
  • Phalaenopsis gigantea, anggrek bulan raksasa
  • Phalaenopsis sumatrana, anggrek bulan Sumatra
  • Phalaenopsis violacose, anggrek kelip
  • Renanthera matutina, anggrek jingga
  • Spathoglattis zurea, anggrek sendok
  • Vanda celebica, vanda mungil Minahasa
  • Vanda hookeriana, vanda pensil
  • Vanda pumila, vanda mini
  • Vanda sumatrana, vanda Sumatra
Mari kita menjaga kelestarian anggrek asli Indonesia dengan tidak mengambil anggrek dari habitat aslinya di hutan, jangan sampai anak cucu kita hanya akan melihat anggrek asli Indonesia di negeri tetangga.

Rabu, 21 Januari 2009

Kearifan Lokal Suku Anak Dalam


Suatu ketika tahun 1992 saya mendapatkan kesempatan mengunjung suatu daerah di pedalaman hutan di propinsi Jambi sebagai siswa sekolah ikatan dinas di suatu departemen untuk melaksanakan praktek kerja lapangan semester I di sekolah saya itu, suatu perjalanan eksotis bagi saya. Setelah menempuh perjalanan darat dengan bis selama 2 hari dua malam dari Sukabumi kampus sekolah kami berada sampailah pada suatu kampung di pinggir sungai Batanghari.

Ketinting mengantar kami menyeberangi sungai Batanghari menuju camp persinggahan kami yang merupakan camp pemegang konsensi hak pengusahaan hutan di bakal tempat kami akan PKL selama hampir tiga bulan kedepan.

Berdasarkan penjelasan Camp manager HPH, tempat kami PKL ternyata masih 41 kilometer masuk dari pinggir sungai Batanghari tempat logpond perusahaan konsensi hutan tersebut.

Off road nih jadinya karena jalanan yang becek habis hujan, perjalanan masuk kedalam hutan diantar dengan mobil jip toyota hardtop untuk para Dosen dengan perbekalan dan ransel kami semua, sedangkan kami siswa harus siap berdesakan sebanyak 60 orang dengan dump truck. Perjalanan off road penuh sesak dalam dump truck "dengan aroma keringat menyengat" terlepas hilang dengan pemandangan keindahan hutan disepanjang kanan-kiri jalanan logging.

Pemandangan yang cukup surprise ketika terlihat rombongan jalan kaki sekelompok Suku Anak Dalam berjalan satu arah dengan kami menuju pedalaman hutan, perjumpaan pertama saya dengan Suku Anak Dalam.

Sesampai di camp 41 "istilah camp yang menunjukkan kilometer tempat camp berada" kami menginap sebelum masuk lagi ke hutan tempat kami akan PKL "timber cruising" kami beristirahat semalam.

Esok harinya kami dikumpulkan oleh pada Dosen dan mendapatkan penjelasan bahwa kami masing-masing kelompok siswa akan mendapatkan buruh yang akan membantu dalam pelaksanaan praktek sebanyak 3 orang, yang diantaranya adalah Suku Anak Dalam, oleh karena itu kami diperkenalkan dengan Tumenggung "sebutan kepala kelompok/Suku Anak Dalam" namun sebelumnya kami diberi pembekalan oleh camp manager ketika bergaul dengan mereka.

Yukau nama anak muda Suku Anak Dalam yang mengikuti kelompok kami sebagai buruh, penampilannya seperti fisik remaja umumnya cuma dia masih pakai cawat atau kain yang dililitkan untuk "maaf" menutupi organ vitalnya, tanpa baju atau pakaian lainnya dan alas kaki.

Berkumpul sekian lama dengan Anak Dalam ada hal-hal tertentu yang patut ditiru dari mereka terlepas kekurangan mereka, yaitu kearifan mereka akan lingkungan, mereka tidak akan berburu binatang sebagai bahan makanan mereka secara berlebihan, tidak menebang pohon tertentu yang buahnya dapat dimakan, pohon yang biasanya ditempati oleh lebah madu sebagai sarang.

Satu lagi mereka tidak membuang kotoran (membuang hajat) di sungai, bandingkan dengan diperkotaan (yang warganya mengklaim sebagai warga kota bukan warga anggota suku terasing) kini banyak WC helicopter di atas-atas sungai.

Membuat kita sedikit malu harusnya akan kearifan mereka dalam menjaga lingkungan.

Kampanye atau apa ?

Akhir-akhir ini di sepanjang jalan yang kita lewati dikanan kiri jalan banyak terpampang spanduk, banner, sticker, umbul-umbul dan entah apa bentuknya dipajang (tanpa memperdulikan kenyamanan keindahan sekitar seenaknya saja ditempel di pagar rumah orang, tembok rumah/pertokoan, dipaku di pohon-pohon, ditempel di tiang-tiang listrik ) gambar wajah "seseorang" yang dengan narsis atau terlalu pede nya mengklaim sebagai calon wakil rakyat terbaik dari partai politik daerah pemilihan tertentu.

Saya sebagai salah satu warga negara tercinta Indonesia ini hanya bisa berharap "mbok yao" kata orang jawa atau kalo bisa yang lebih santun dalam memasang spanduk, banner, sticker, umbul-umbul dan entah apa bentuknya itu sebagai sarana kampanye dengan permisi kepada yang punya pagar/tembok rumah/pertokoan kalo diijinkan baru dipasang/ditempel.

Lebih miris lagi negara kita yang mempunyai kekayaan sumber daya alam dan keindahan alam ini banyak "orang yang mencalonkan diri" ini sudah menampakan ketidak peduliannya terhadap kelestarian lingkungan dengan memaku gambar sarana pemilu di pohon-pohon di taman-taman kota dan di pohon-pohon dikanan-kiri jalan, saya hanya bisa bergumam kalau masih "calon anggota legislatif" aja begitu gimana nantinya kalau sudah menduduki jabatan itu.

hanya Tuhan saja yang tahu.